DENDAM SEEKOR ANJING
Oleh: Ashlih Maulana S.
Balas dendam. Mungkin itu kata-kata yang cocok untuk mengungkapkan itu
semua. Balas dendam. Merupakan sebuah perasaan ingin membalas perbuatan orang
lain yang biasanya merujuk kepada hal-hal yang buruk kepada kita. Dimana kita
menginginkan dia mendapatkan hal yang setimpal denag apa yang telah dia lakukan
padaa kita, ataau bahkaan lebih. perasaan yang berpotensi dimilki oleh semua
orang bahkan hewan sekalipun. Hewan?, ya hewan juga (menurut saya) berpotensi
untuk membalas dendam.
Dengan adanya ceritaku ini itu akan
membuka mata kita semua untuk saling menghormati dan jangan mengusik ketenangan
orang lain bahkan jugaa hewan. Karena hewan juga berhak untuk mendapaatkan
ketenangan dan mereka juga berhak memperjuangkannya. Namaku Ashlih, and this is
my story...
****
Aku tinggal di Bali selama tiga setengah tahun karena ayahku bekerja di
sana. Aku mulai pindah ke Bali saat aku duduk dibangku kelas dua SD semester
akhir. Bisa dibilang semester pertama aku bersekolah di desaku namun semester
kedua aku pindah ke Bali.
Di tempatku tinggal di Bali ada tempat untukm aku mengaji. Yaitu TPA
kecil-kecilan yang bermarkas di rumah seorang ustad yang agak jauh dari
rumahku. Aku bersama teman-temanku berangkat mengaji bersama tiap sore setelah
asar. Dari mulai senin hingga hari kamis. Dan setiap kali kami berangkat
mengaji, kami selalu melewati rumah orang kaya yang di dalamnya ada anjing yang
bisa dibilang galak. Dan kaminsemua tergoda untuk mengganggu anjing tersebut
hingga anjing tersebut menyalak garang kepada kami. Yah anjing tersebut
pastinya meraasa terganggu akan perlakukan kami kepadanya.
Intinya, setiap kami melewati rumah tersebut untuk mengaji ataupun untuk
haal lain sekalipun, kami tidak pernah absen untuk mengganggu anjing tersebut.
Bisa dibilang kegiatan tersebut merupakan kegiatan harian kami yang sulit
dihilangkan. Atau itu telah menjadi kebutuhan kami secara tidaak sadar. Kami
sering mengganggunya dengan ranting atau melemparinya dengan batu kerikil yang
kecil. Kami kasihan jika melemparnya dengan batu yang besar. Kami kan masih
punya belas kasih J
Anjing tersebut lumayan besar menurutku karena waktu itu tubuhku masih
berupa tubuh anak kelas 3 SD sehingga aku melihat anjing itu bertubuh lumayan
besar dan berbulu putih. Aku tidak begitu tahu apa jenisnya naamun jika dilihat
lumayan seram juga. Ditambah lagi didukung dengan galaknya anjing tersebut saat
menyalak. Hal itu semakin mendukung image nya sebagai anjing yang galak.
Pada suatu hari...
“ayo lempar ranting itu kearahnya!”
“rasakan itu anjing jelek!”
Guk!guk!guk!
“diam anjing bodoh, suaramu jelek sekali!”
Grrrrr, guk!guk!guk!
Saat itu aku dan teman-temanku mengganggunya lagi. Entah kemana san pemilik
rumah kenapa tidak muncul-muncul juga padahal anjingnya sedang menyalak keras
sekali.
“sudah ah, aku mau pulang. Ayo kita pulang, nanti pemiliknya keluar.” Ucap
salah seorang temanku.
“jangan ah! Aku belum puas nih. Kalau kamu mau pulang pulang aja duluan.”
Kataku.
“ya sudah kalau begitu, kami duluan.” Uacap mereka kepadaku.
Aku terus mengangganggu anjing tersebut lumayan lama. Teman-temanku yang
lain telah pergi lebih dulu
meninggalkanku didepan rumah megah yang ada anjing galaknya ini. Lagi
pula sepertinya aku juga terlalu lama mengganggu anjing ini. Aku ternyata sads
juga.
Karena terlalu lelah aku pun meninggalkan anjing tersebut begitu saja. Yang
lagi pula dia juga membutuhkan waktu istirahat untuk bernafas selsgi aku
memikirkan keusilan lain yang akan aku rencanakan keesokan harinya. Tanpa
kusadari bahwa besok adalah hari bersejarah bagiku yang sulit tuk kulupakan.
***
Besoknya hari Minggu...
“bagaimana?, apakah kalian sudah merencanakan hal apa yang akan kita
lakukan kepda anjing itu nanti?.” Kataku kepada teman-temanku.
“tenang aku sudah bawa ini dari rumah.” Kata temanku seraya memperlihatkan
ketapelnya kepadaku.
Kami bertiga, aku dan kedua temanku berencana untuk mengganggu anjing itu
lagi. kami terlalu asyik bersenda gurau di jalan tanpa memperdulikan kalau ada
bahaya yang menanti di depan.
Saat sudah dekat rumah megah tersebut, kami langsung kaget, karena anjing
tersebut dalaam kedaan tidak terikat dan ssedang duduk di luar gerbang rumah.
Sontak saja aku dan kedua temanku berhenti mendadak karena ketakutan. Kami
mundur selaangkah demi selangkah dan...
Kraaak....
Tak sengaja aku mengijak ranting patah. Kami melihat anjing tersebut sadar
dan menoleh ke arah kami. Kami mulai berbalik arah dan berlari sekuat tenaga.
Anjing itu mulai mengejar kearah kami. Aku sendiri yang notabene nya berbadan
agak gendut pastinya tertinggal di belakang.
Saat anjing itu sudah disampingku, anjing itu langsung menggigit pantatku
setelah itu berhenti mengejar dan berbalik arah. Aku yang tahu kalau anjing itu
sudah berhenti mengejar pun ikut berhenti juga. Aku merasakan sesuatu sedang
mengaalir di pahaku. Ternyata darah mengalir lumayan deras dari pantatku.
Aku meminta tolong temanku untuk memeriksa kedalam celanaku. Ternyata
pantat sebelah kiriku berlubang sekitar dua senti akibat gigitan anjing
tersebut. Namun anehnya aku tidak merasakan sakit sama sekali. Aku langsung
menangis melihat hal itu. Aku menganis bukan karena rasa saakit yang kurasakan.
Lagi pula aku tidak meraasakan sakit apa-apa. Aku menangis karena kaget saja.
Setelah itu aku langsung diantar pulang oleh teman-temanku. Saat kedua
orang tuaku tahu, aku langsung dibawa kerumah sakit untuk dijahit. Saat dipompa
oleh alat, aku melihat busa atau buih yang keluar dari pantatku banyak sekali.
Mungkin jika tak segera dikelurkan, aku mungkin terinfeksi rabies oleh anjing
tersebut. Akupun izin sekolah selama tiga minggu sebagai proses penyembuhan.
Bahkan bekas jahitan itu masih ada.
Setelah itu aku pun jadi trauma berdekataan dengan anjing. Setiap kali ada
anjing di dekatku aku pun langsung
menghindar karena teringat kejadian itu.